Kapan Nikah
KAPAN NIKAH?
Aku yang kelahiran 1997 dan di tahun ini sudah menginjak usia 25 tahun. "Kapan nikah?" Merupakan pertanyaan yang paling sering aku dengar. Aku kadang sering merasa bingung dan dalam hati bergumam 'kenapa sih orang-orang hobi banget bertanya seperti itu, rasanya seperti pertanyaan wajib bagi wanita yang sudah menginjak umur 25 tahun'
Mungkin bukan aku saja yang mendapati pertanyaan seperti ini, dari beberapa survey teman-teman seusiaku juga mengalami hal seperti ini. Yahhhh namanya juga Ibu-Ibu, mungkin julid sedikit.
'Kapan nikah nih umur sudah cocok, nanti punya anak ketuaan', 'jangan dulu nikah nikmati dulu masa muda, kalau sudah nikah sudah gak bisa apa-apa lagi harus mengurus keluarga'. Ini adalah kata-kata paling sering ku dengar.
Sepertinya ketika sudah mulai menginjak usia ini pandangan orang seperti berbeda, tapi menurutku umur tidak menjamin orang itu dewasa. Kita seperti di paksa untuk lebih peka lagi dengan situasi lingkungan. Apalagi aku hanya melakukan sesuatu tergantung mood saja, apakah kalau sudah menikah bisa seperti itu?
Ada statement bahwa hidup tidak harus menikah dan menikah juga bukan akhir dari kebahagiaan. Aku setuju dengan pernyataan ini dan memang benar menikah bukan ujung dari kebahagian. Tapi menua sendiri itu juga bukan pilihan yang bagus.
Dilihat dari usia memang sepantasnya untuk menikah, tapi mental ini belum siap. Banyak sekali persiapan yang aku pikirkan, bahkan aku memikirkan nanti anak aku kalo sudah besar kuliah dimana. Sampai sejauh itu yang ada di pikiran ini.
Bukan hanya itu saja, aku pun memikirkan nanti susu formula apa yang bagus untuk anak, sampai saya ke sebuah supermarket hanya melihat-lihat susu formula untuk bayi. Aduh segila itu aku memikirkan untuk akan menikah. Karena menikah itu bukan hanya kata sah tapi didalamnya akan banyak sekali ada tanggung jawab.
Rasa takut gagal mengasuh anak sudah muncul padahal anak saja belum ada, tapi rasa kekawhatiran sudah menyandera raga ini.
Memang ini terlalu berlebihan bagi orang-orang yang mendengar. Tapi bagaimana tidak berlebihan, setiap saya melihat anak yang menangis disebuah minimarket karena ingin membeli sesuatu tapi tidak diijinkan oleh ibunya. Aku berpikir apakah nanti seperti itu juga, terjamin gak nanti hidup anakku, apakah aku nanti aku bisa memenuhi keinginan anakku ya. Itulah yang kadang membuatku berpikir untuk belum terpikir ke jenjang pernikahan.
Yahhh..... jalani saja perjalanan hidup ini karena semua sudah ada yang mengatur, intinya tetap berdoa dan berusaha.
(Dek kusuma 2022)
Ini hidupmu,dirimu tokoh utama dalam drama kehidupan ini, jika kita hidup untuk memenuhi semua ekspetasi orang lain,maka itu tidak akan pernah ada akhirnya. Diri kita yg akan menjalani maka kitalah yg tau ttng kesiapan mental kita, jangan mengambil keputusan karena kata orang.
BalasHapusRecana tuhan tidak pernah terpikirkan, kadang apa yang kita tata untuk masa depan namun semua itu sirnah sekitika. Kekurangan ternyata luas, bukan cuma kekurangan materi, kekurangan fisik, kekurangan pengetahuan, Ada juga kekurangan Tolerance . Nikah Dan punya anak sudah menjadi turuntemurun ketika materi menurut kita cukup namun Ada hal yg membuat merasa kurang yg sebelumnya. Apakah materi itu sangat penting?. . Penting tidaknya dijaman modern materi sangat berperan penting dimana mampu mengisi kemauan apa yang mesti harus di beli. Namun di sisi lain masalah memenuhi ke butuhan anak, waktu zaman yg hanya memberikan asi Dan air dari nanak nasi masih tetap mampu menghidupi anak nya tanpa adanya bantuan susu formula. Kesimpulannya pada dasarnya kita takut menghadapi apa yang terjadi padahal belum tentu itu terjadi. Tuhan merencanakan apa yang menurutnya pantas.
BalasHapusJalani apa yg isi hatimu katakan, tutup mata dan telingan Karen hidupmu kamu sendiri yg akan mejalani, bukan orang lain. Jodoh sudah ada yg ngatur nikmati sekarang apa yg ada didepan mata.
BalasHapus