GUNUNG KEMBAR
Pertemuan ke-14
GUNUNG
KEMBAR
A.Fenomena gambar gunung kembar
Pola gambar gunung
kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar
karya anak-anak Indonesia. Pola ini, selalu muncul dalam gambar buatan
anak-anak di manapun anak-anak itu bertempat tinggal. Ada sesuatu yang jelas
menjadi penanda munculnya gambar pola gunung kembar, yaitu ketika anak-anak
mulai berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya. Terutama ketika
anak-anak mulai memasuki dunia sekolah: Taman Kanak-kanak (TK), berlanjut ke
tingkat Sekolah Dasar (SD), bahkan hingga sekolah menengah (SMP dan SMA).
Contoh gambar
gunung kembar:
B.Beban dalam pola gunung kembar
Sebuah kondisi umum
yang ditemukan dalam gambar anak-anak dengan pola "gunung kembar"
adalah 2 bidang 'luas' yang sulit ditaklukan oleh anak-anak. Pola gambar
tersebut menyisakan dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa
melelahkan. Sebuah pemecahan masalah yang lazim ditemukan adalah, setelah
menempatkan jalan lurus atau berkelok (ini bagian pola 'wajib' dalam pola
gambar "gunung kembar"), adalah mengisi bidang kiri dengan gambar
petak-petak sawah atau tegalan yang berpohon jarang, dan sebelah kanan dengan
ruang berair sejenis danau atau laut. Anak-anak yang pola berpikir ruangnya
telah mengikuti pola pikir teori gambar perspektif, di antaranya bisa mengatasi
beberapa kendala pola gambar "gunung kembar" itu. Misalnya, mereka
menemukan bahwa objek yang dekat dengan penggambar ukurannya lebih besar,
sehingga bisa menutup sebagian ruang gambar. Sementara gambar objek lainnya
yang jauh dari penggambar, dibuat dengan ukuran lebih kecil, dan sebagian
terhalang objek yang lebih dekat posisinya. Objek disusun bersaf saling
menghalangi. Ada juga yang menemukan cara "perebahan" yang khas.
Contohnya, ketika ada gambar objek jalan yang telah dibuat, maka gambar pohon,
tiang listrik, rumah, atau objek lainnya direbahkan ke arah sisi jalan yang
berbeda: ke kiri dan ke kanan. Gambar kendaran bisa digambarkan rebah ke arah
kiri atau ke kanan. Dan yang lebih unik, ketika ada gambar sebuah lapangan atau
kolam dengan dasar gambar segi empat, objek-objek akan digambarkan rebah
keempat arah sisi bentuk segi empat objek.
Menggambar alam, sebaiknya melihat
langsung alamnya. Menggambar menggunakan imajinasi semata kerap berbentrokan
dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio itulah yang sering membebani
anak-anak dan remaja. Apalagi jika beban itu ditambah oleh pertanyaan dan
pernyataan guru atau orang tua: "Kok gambarnya begitu? Mengapa tidak
begini dan begitu?"!
Tegalan yang luas, dalam pola gambar "gunung
kembar", menjadi beban tersendiri bagi anak-anak
yang telah 'dikuasai' pertimbangan rasionya
Bagian lahan berair menjadi pilihan yang dianggap
'aman' untuk mengisi ruang gambar yang luas, di samping tegalan yang tak rimbun
Gambar jalan dalam pola gambar "gunung
kembar" seolah menjadi objek 'wajib'. Anak-anak tertentu menggarap
penggambaran gunung menjadi lebih beragam dari pola dasar yang telah mereka
dapatkan
Pola gambar perspektif burung, penggambar berada di
posisi atas, menyebabkan lahan gambar yang
semakin luas, semakin berat beban keharusan dalam
mengisi lahan luas tersebut
Objek yang dekat dengan penggambar telah direkam
secara benar (menurut rasio), sementara objek lainnya
masih diposisikan sesuai dengan imajinasi penggambar
Petak-petak sawah dan vas bunga menjadi sangat penting
dalam gambar ini, sehingga ukurannya (secara rasio) lebih besar daripada objek
lainnya, objek rumah misalnya
Kesadaran perspektif mulai tampak lebih dominan dalam
gambar ini. Objek-objek mulai ditempatkan
'sesuai dengan posisinya'. Tetapi, beban tegalan masih
menjadi beban yang jug dominan
Meniru lingkungan, paling tidak meniru gambar hasil
karya orang dewasa, telah mengubah
bebarapa bagian gambar yang dibuat oleh anak-anak
Pola perebahan objek gambar mengikuti arah bidang
gambar, misalnya jalan, di sini kentara sekali, terutama
dalam penggambaran kendaraan dan sebagian pohon yang
ada di pinggir jalan. Imajinasi penggambar,
dalam gambar ini, sangat dominan dibanding rasionya
C.Kembali
ke gunung kembar
Rasa penasaran kembali muncul ketika seorang mahasiswa
yang saya bombing menemukan kenyataan unik dilapangan. Dia melakukan penelitian
quasi eksperimental terhadap dua kelompok (dua kelas) anak PAUD disebuah sekolah
swasta dibali. Di
lingkungan masyarakat seniman Bali, apapun jenis kegiatannya, bisa melukis,
mematung, membuat karya kriya, peniruan demi peniruan terus dilakukan. Seniman
yang menjadi pendahulu satu bentuk kegiatan (pola karya) tertentu, tidak pernah
merasa keberatan jika gaya melukis atau mematungnya ditiru seniman lain. Mereka
saling melengkapi temuan dalam membangun gambaran pola karya milik masyarakat
Bali. Oleh karena itu, ketika satu pola karya muncul, kemudian jenis karya
tersebut disukai pasar, tren itu akan menjamur di setiap sudut sentra kegiatan
industri kreatif masyarakat Bali. Dalam sejumlah kasus, hasil kegiatan di
lingkungan pendidikan formal kesenirupaan pun masih banyak ditemukan karya
mahasiswa yang menampakkan pengaruh warna guru-murid.
Apakah gambar
pemandangan dengan latar gunung kembar itu arketif anak-anak Indonesia? Unsur
bentuk gambar lain yang kerap muncul adalah matahari,ada yang muncul disela
gunung,ada yang penuh bulat diatas gunung,ada juga yang muncul stengah atau sepertiga
disudut atas kiri atau kanan kertas, yang digambarkan memancarkan sinar,burung
dengan bentuk dasar tanda silang, jalan lurus atau berkelok kea rah gunung,
sering dilengkapi gambar tiang listrik yang berderet atau pohon-pohon semua
digambar dengn sudut pandangan perspektivis
Komentar
Posting Komentar